Pengertian Hadrah
Dalam pemaknaan bahasa, Hadrah dapat dimaknai sebagai
perkumpulan atau kelompok yang mana terdapat iringan rebanan dengan
lantunan sholawat nabi. Dalam segi bahasa Hadroh diambil dari kata
Hadhoro-yudhiru-hadron-hadhoroton yang memiliki arti kehadiran.
Di
dalam hadroh memiliki mengharapkan kehadiran Rosul secara dhohir
ataupun ma’nawi sehingga dalam kehidupan sehari – hari dapat
memberikan penerapan ahklak yang sesuai anjuran Islam terhadap
perilaku manusia.8
Selain itu Hadrah juga dapat dimaknai sebagai bentuk ucapan
terimakasih kepada Nabi Muhammad SAW serta sebuah ucapan rasa
syukur terhadap ALLAH SWT karena Nabi Muhammad SWA sebaik –
baiknya manusia yang telah diciptakan di dunia. Tidak hanya itu Hadrah
merupakan nama kota dari negara Yaman yang terletak di bagian selatan
yang mana kota tersebut mendapat julukan sebagai kota waliyulloh yang
mengisyaratkan bahwa hadroh ini merupakan kesenian yang memiliki
nuansa ibadah.
Hadrah adalah kesenian lokal yang keberadaannya penting
untuk dipertahankan samapai saat ini. Kesenian adalah penjelmaan dari rasa keindahan untuk kesejahteraan Hidup. Selain itu kesenian juga
berfungsi untuk menciptakan bentuk – bentuk kesenangan
Sejarah Kesenian Hadroh
Secara Historis pada abad ke 6 ketika itu masyarakat Madinah
telah memainkan Hadroh sebagai musik pengiring dalam setiap acara –
acara sambutan. Selain itu hadroh tersebut ketika itu juga menjadi musik
pengiring dalam acara penyambutan atas kedatangan Nabi Muhammad
SAW yang hijrah dari Mekah.
Masyarakat Madinah ketika itu menyambut
kedatangan beliau dengan syair thaala’al badru yang diiringi dengan
Hadroh. Dengan syair – syair hadroh yang indah dengan diiringi alat
musik perkusi. Sehingga yang mana pesan – pesan agama yang ingin
disampaikan mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan musik.9
Di Indonesia pada abad ke 13 Hijriyah seorang ulama besar dari
negeri Yaman yang bernama Habib Ali Muhammad bin Husain al – Habsy
(1259 – 1333/1839 – 1913 M), datang ke tanah air dengan misi berdakwah
menyebarkan agama Islam. selain itu beliau juga membawa sebuah
kesenian arab berupa pembacaan sholawat yang di iringi rebana dan juga
membuat majlis shalawat dan pujian – pujian terhadap Nabi Muhammad
SAW.
Akhirnya Majlis itupun menyebar keseluruh penjuru daerah
terutama daerah Kalimantan dan Jawa. Beliau juga mengarang sebuah
buku yang berjudul “Simthu Al Durar” yang didalamnya memuat kisah
tentang perjalannanya Nabi Muhammad SAW. Didalamnya berisi Bacaan – Bacaan pujian dan shalawat kepada Rassulullah. Hingga sampai
sekarang kesenian inipun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para
pecinta shalawatan.
Sumber : etheses.iainkediri.ac.id
Team Hadroh 2024


