Jika ingin sukses, hendaknya kita selalu optimis. Jangan pesimis!
Allah
SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 139,
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ
إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.
Orang
pesimis selamanya tak akan mendapatkan Sukses. Di dalam hatinya hanya ada
negatif thinking, pikiran buruk. Sikap pesimis misalnya membesar-besarkan
kelemahan yang ada pada diri sendiri. Jika kelemahan itu dibesar- besarkan,
maka kita akan menjadi benar-benar lemah, Namun cobalah untuk percaya bahwa kita
benar-benar mampu, maka suatu ketika kita akan mampu pula melakukan sesua tu.
Jika kita selalu berpikir sukses, maka suatu ketika sukses akan datang.
Orang-orang yang sukses jarang sekali berkeluh kesah dan berlindung pada
kelemahannya. Orang yang sukses tak pernah memikirkan kegagalan. Tak pernah
berpikir negatif, baik pada dirinya sendiri maupun kepada takdirAllah.
Nyatalah orang yang berpikir positif thinking dan negative thinking. Orang yang berpikir positif akan berhasil. Sedangkan orang yang berpikir negatif, menjadi menderita. Lihatlah orang-orang yang sekarang berhasil, jarang sekali ia berkeluh kesah dan membicarakan kegagalan. Jarang sekali ia berkeluh kesah atas kelemahan yang dimiliki. Namun ia selalu bersemangat dan berprasangka baik kepada siapa pun.
Berbeda
dengan orang yang selalu gagal, maka pikirannya selalu negatif. la suka
berlindung pada kegagalan dan kelemahan yang dimilikinya. Pembicaraan yang
banyak dikemukakan misalnya,
"Kami miskin, kami lemah, kurang pendidikan, tidak punya. modal sehingga sulit untuk maju."
Dan
yang lebih ekstrim, ia menyalahkan Allah,
"Aku sudah banyak berbuat baik dan rajin mengerjakan ibadah namun Allah tidak
pernah memberiku suatu kebaikan hidup."
Negatif thinking harus dibuang jauh-jauh jika kita ingin sukses. Jangan membiasakan diri untuk berlindung di bawah kelemahan. Jangan membiasakan diri mengkambinghitamkan pihak lain. Hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah akhlak dan prasangka baik. Kita tanamkan pula kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa kita mampu. Sayangnya banyak orang yang merasa asyik membesar-besarkan kelemahan dirinya sendiri.
Salah satu contoh jalah kondisi kesehatan dijadikan alasan mengapa ia tidak sukses. Kegagalannya dianggap karena faktor kesehatan- nya yang buruk. Suatu keadaan tubuh yang dijadikan alasan. Bagi orang yang berperangai positif, maka alasan semacam itu tidak berlaku lagi. Tidak populer.
Orang-orang yang beralasan karena kondisi kesehatannya buruk disebabkan karena rasa kurang percaya diri. ia telah terjangkit rasa lemah, merasa dirinya kurang mampu namun enggan mengakuinya. la kemudian berlindung pada alasan yang dibesar-besarkan. Tabiat orang malas adalah suka berlindung pada alasan tak masuk akal. la menjadi pesimis karena kesehatannya yang menganggu gerak langkah dalam berusaha. Padahal masalah kesehatan yang dideritanya itu sepele dan sama sekali tidak menghambat.
Cara berpikir yang salah terhadap penilaian Kesehatan juga berbahaya. Penyakit yang sebenarnya sepele, kemudian dibesar-besarkan, maka akan benar-benar menjadi besar dan menimbulkan masalah. Jika kita menderita penyakit yang sebenarnya tidak berbahaya, namun setiap waktu kita mencemaskan dan takut akan bahayanya, maka hal itu akan benar-benar menjadi kenyataan. Penyakit itu tidak menjadi sembuh, namun semakin lama semakin menganggu.
Sekali lagi jangan membesar-besarkan kelemahan yang ada pada diri kita agar tidak muncul sifat pesimis. Tanamkan kepercayaan bahwa kita akan berhasil. Tanamkan prasangka baik bahwa Allah selalu membuka jalan bagi hambaNya yang mencari penghidupan.
Ada kasus yang dapat dijadikan contoh, ternyata pandangan yang positifakan menghasilkan sesuatu yang mengagumkan.
Seorang ibu setengah baya mengalami gangguan jantung yang cukup lumayan kronis. la sudah beberapa kali opname di rumah sakit. Bahkan ada kabar dari dokter yang merawatnya bahwa penyakitnya sukar disembuhkan. Hal itu menciutkan nyali dan semangat hidup ibu tersebut. Keluarganya kemudian mengajak seorang ulama agar membimbing bagaimana menghadapi penyakitnya yang di vonis dokter itu, Seorang ulama tersebut memberi nasihat melalui kacamata agama. Ditanamkan keyakinan kepada pasien tersebut bahwa semua penyakit, baik yang kronis maupuń yang ringan datangnya dari Allah. Semua itu takdir.
Kalau berbicara takdir, maka tak seorang pun dapat mengetahui rahasianya. Dokter sekali pun tidak mengetahuinya. Karena itu hendaknya yakin bahwa Allah akan menyembuhkan. Keyakinan itu ditanamkan terus menerus di hati pasien tersebut. Tentu saja, disarankan pula untuk tekun menjalankan. ibadah dan tekun berdoa kepada Allah.
Hasilnya, ibu setengah baya itu tidak lagi pesimis dengan penyakit yang dideritanya. la yakin bahwa Allah akan memberi kesembuhan kepadanya. Karena sang ulama pernah bilang bahwa Allah yang menjadikan penyakit dan Allah pula yang menyembuhkannya.
Setiap waktu ibu tersebut berdoa dengan sungguh-sungguh dan dengan prasangka baik kepada Allah. Maka terjadilah suatu keajaiban, bahwa penyakit nya benar-benar sembuh seperti sedia kala.
Apa hubungannya cerita tersebut dengan keberhasilan seseorang?
Sesungguhnya
keberhasilan itu bisa didukung oleh rasa optimis dan keyakinan bahwa Allah
memberi takdir yang baik. Prasangka baik harus selalu ditanamkan. Namun jika
kita pesimis, maka selamanya akan menerima takdir buruk. Pesimis berarti
berprasangka buruk kepada Allah Yang Maha Pemurah dalam membagi rejeki. Sebagai
pendorong agar optimis dalam meraih sukses maka hendaknya kita jangan
menganggap diri ini lemah. Jangan membesar-besarkan sesuatu yang menghambat
keberhasilan. Jangan membesar-besarkan kegagalan.
Namun cobalah untuk berpikir bahwa orang lain mampu, mengapa kita tidak. Sebab pada dasarnya manusia itu sama. Kita sama-sama mendapatkan anugerah yang besar dari Allah berupa otak dan akal pikiran, berupa tenaga dan organ tubuh yang sempurna.
Jangan terus-menerus memikirkan kelemahan dan ketidakberdayaan diri sendiri. Hal itu akan menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran, Rasa rendah diri pun akan mempengaruhi penampilan kita dalam bergaul dengan sesama. Orang yang sukses tidak memiliki sifat-sifat negative seperti itu. Sesungguhnya kecemasan atau kekhawatiran akan nasib merupakan bukti bahwa belum sepenuhnya kita yakin jika Allah itu Maha Pemberi. Belum sepenuhnya yakin bahwa kita mampu mencapai sukses.
Setiap orang memiliki kelemahan. Itu merupakan sifat manusia. Namun terhadap kelemahan itu jangan dibesar-besarkan. Hendaknya kita instropeksi diri, sejauh manakah kelemahan yang ada. Kemudian setelah mengetahui, hendaknya kita perbaiki kelemahan itu. Kita ubah menjadi sebuah potensi yang baik. Bangkitkan niat untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Kobarkan niat untuk mengubah pikiran buruk yang selama ini mencemari otak kita, menjadi pikiran yang selalu positif dan prasangka baik. Kemudian yang tak kalah pentingnya ialah bahwa kita harus menanamkan keyakinan bahwa kita mampu. Selanju' nya keyakinan itu haruslah diwujudkan melalui tindakan yang positif pula.
Pikiran yang positif akan menghasilkan pengaruh yang positif pula. Karena itu hendaknya dihapuskan kata-kata yang bernada menolak, misalnya:
"tidak mungkin bisa, tidak mungkin berhasil, tidak mampu, dan sebagainya."
Kata 'tidak merupakan kata yang
mengandung makna hakikí yang negatif. Sebuah kata yang hanya akan membuahkan
sikap pesimis. Kata 'tidak' dapat membunuh semangat seseorang. Kata 'tidak'
hanya akan menimbulkan kekhawatiran. Sedangkan menurut kacamata agama, rasa
khawatir adalah pertanda lemahnya iman. Betapa banyak orang yang stress karena
cemas atau khawatir yang berlebih-lebihan. Munculnya kekhawatiran juga disebabkan
karena hilangnya keyakinan, baik keyakinan pada diri sendiri maupun keyakinan
kepada takdir Allah.
Jika keyakinan dalam hati lenyap, maka seseorang akan merasa lemah, merasa rendah diri dan tidak berdaya sama sekali. Hatinya selalu khawatir akan nasibnya yang dianggap tidak menentu. Jika sudah demikian, tak mungkin ia dapat meraih sukses dunia dan akhirat.
Orang-orang yang mempunyai sikap negatif thinking selalu was-was dalam menyongsong hari esok. la mencemaskan keluarganya, mencemaskan harga yang terus melambung naik, mencemaskan kesehatannya, mencemaskan kegagalan dan sebagainya. Kecemasan demi kecemasan ini akhirnya mendorong seseorang pada lingkaran rasa takut. Akibatnya orang yang bersangkutan takut memikul tanggung jawab dalam kehidupan ini.
Kecemasan erat kaitannya dengan sikap 'membesar-besarkan kelemahan diri'. Erat pula dengan pengaruh dalam mencapai cita-cita. Seperti telah disinggung bahwa kondisi kesehatan dijadikan sebagai alasan mengapa seseoranga gagal. Padahal alasan itu tidaklah logis bagi orang yang ingin sukses. Betapa banyak orang cacat yang sukses dalam mencapai cita-citanya.
Untuk menghindari kecemasan dalam hidup, hendaknya jangan mudah kita berbicara tentang kesehatan yang tidak menguntungkan. Jangan terlalu sering menyinggung kelemahan diri dan kesehatan yang dijadikan sebagai penghambat dalam berikhtiar. Men cemaskan kesehatan dan kondisi tubuh merupakan separo mendekati kegagalan. Jika kita menyadari bahwa cemas itu dapat mempengaruhi keberhasilan dan membawa pada kegagalan, maka kita hendaknya kita singkirkan perasaan buruk itu. Kita tak perlu cemas dalam menghadapi masalah kehidupan. Tak perlu mencemaskan harga yang melambung dan BBM yang setiap bulan naik.
Hendaknya
kenyataan itu dijalani dengan apa adanya dan dengan pikiran-pikiran yang
positif. Sebagai orang beriman, hendaknya kita menghargai anugerah yang diberikan
Allah kepada kita. Kita harus memanfaatkan sebaik mungkin untuk meraih sukses.
Jangan berkeluh kesah menghadapi nasib yang dianggap buruk.
Jangan membesar-besarkan suatu kelemahan diri, Rasa syukur harus selalu ditingkatkan agar kita tidak selalu berkeluh kesah. Benarlah kata Dr. DJ. Schwart,
"Bersyukurlah dengan kesehatan anda yang sebaik sekarang. Ada suatu ungkapan kuno yang pantas diulang-ulangi yaitu 'saya kecewa karena sepatu saya rusak. Namun kekecewaan itu menjadi hilang ketika melihat orang lain tak mempunyai kaki.' Merasa bahagia adalah lebih baik daripada mengeluhkan Kesehatan yang kurang baik. Justru dengan bersyukur kepada Allah maka anda akan menemukan kebah agiaan bersama kesehatan anda,"
Salah satu contoh kelemahan yang dibesar-besarkan adalah merasa diri bodoh. Merasa diri tidak pandai seperti orang lain. Inilah penyakit jiwa yang akan membunuh kreatifitas. Orang yang selalu menganggap dirinya bodoh dan tidak mampu melakukan sesuatu, maka berarti ia telah menempuh separo jalan menuju kegagalan hidup. la rugi dalam menjalani kehidupan ini. Bayang kan, orang yang selalu merasa bodoh akan selalu menunduk-nunduk jika berbicara. la merasa ragu-ragu karena kelemahan yang dimilikinya mengganggu kepercayaan diri. Pasti orang semacam ini tidak akan mampu berbicara di hadapan banyak orang, apalagi dalam forum resmi seperti rapat dan sebagainya.
Merasa diri bodoh adalah sutu penghalang yang harus disingkirkan. Sebab perasaan seperti itu muncul karena kita telah berbuat kesalahan. Kesalahan pertama, kita kurang bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan otak dan pikiran. Kita enggan memanfaatkan potensi yang ada itu secara baik sehingga menjadi tumpul dan tak berguna. Kesalahan kedua adalah selalu membangga banggakan orang lain yang berhasil, memuja orang yang pandai dan sebagainya.
Percayalah bahwa orang yang pandai belum tentu dapat menggapai cita citanya. Banyak orang yang ketika menjadi mahasiswa memiliki nilai iP sangat tinggi. Namun setelah lulus sarjana, ia menjadi pengangguran. Gagal dalam menempuh hidup.
Jadi dapatlah kita sadari bahwa kepandaian saja belumlah cukup untuk dijadikan sebagai sarana mencapai sukses. Masih perlu faktor lain misalnya keyakinan diri, meningkatkan rasa syukur, dan keyakinan kepada Allah. Percuma saja orang berotak cemerlang namun hanya di pakai untuk memikirkan sesuatu yang negatif. Karena itu ja- nganlah rendah diri jika kita merasa kurang pandai. Banyak orang yang tidak terlalu pandai tetapi sukses dalam meraih cita-citanya. Bahagia hidupnya dan segalanya terpenuhi. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bukanlah otak yang membimbing orang mencapai hidup sukses. Namun sikap dan cara berpikirlah yang dapat mengantarkan orang menuju hidup bahagia.


%20dari%20kesalahan%20dan%20dosa,serta%20membersihkan%20anggota%20tubuh%20yang%20dibasuhnya%20dari%20kotoran-kotoran%20yang%20me.png)



