Allah Swt. menjelaskan hal tersebut dalam al-Qu’an surah al-Fath ayat 29;
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الكفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِنْ اَثَرِ السُّجُودِ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan ke-ridaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” )QS. al-Fath 29(
Melalui ayat ini Allah Swt. memberikan isyarat kepada kita umat Islam, bahwa barang siapa yang meniru serta mengamalkan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya, maka ia akan meraih kemenangan dan kejayaan.
Dalam ayat di atas, ada 5 sifat atau karakter yang harusnya ada pada setiap umat Muhammad:
Pertama: Memiliki Sikap Tegas Terhadap Orang Kafir.
Yang dimaksud keras bukanlah sikap memusuhi, bertindak anarkis, provokatif dan semacamnya. Tetapi memegang prinsip-prinsip kebenaran dan gigih untuk memperjuangkannya. Tidak berubah pendirian, meskipun berada dalam tantangan dan tekanan.
Rasulullah Saw. pernah menghadapi berbagai macam tantangan yang cukup berat dari orang-orang kafir. Beliau pernah mendapat teror secara mental dan fisik, bahkan pernah disiram kotoran unta pada saat sujud. Beliau pernah di embargo ekonomi. Selama sekitar 3 tahun Nabi dan para pengikutnya terkucil di lembah Syi’ib di luar kota Mekkah. Namun beliau tetap tegar dan tidak bergeming sedikit pun dalam memperjuangkan kebenaran.
Rasulullah juga pernah diiming-iming tahta, harta dan wanita melalui pamannya Abu Thalib, namun Rasulullah tidak tergoda. Bahkan beliau menjawab tawaran tersebut dengan menyatakan: “Wahai paman, demi Allah, seandainya mereka itu bisa meletakkan matahari ditangan kananku, dan bulan ditangan kiriku, agar aku meninggalkan dakwahku ini, tidaklah akan aku tinggalkan, sehingga Allah menyatakan: Apakah aku yang menang atau aku yang binasa”
Di zaman kita sekarang ini, tantangan memang tidak sebesar tantangan yang menerpa Rasulullah saw., tetapi indikasinya tidak jauh berbeda. Perang ideologi begitu berpengaruh dalam kehidupan umat Islam. Tidak sedikit orang Islam yang tergelincir dalam pemikiran sesat, bahkan kehilangan prinsip yang selama ini diyakini kebenarannya. Inilah yang harus kita waspadai dengan bersikap tegas, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Kedua: Saling Menyayangi Sesama Muslim
Kehidupan orang beriman ibarat bangunan yang saling menguatkan. Atau seperti tubuh yang saling menopang. Abu Dawud dan Tarmudzi meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. berkata: “Bukan termasuk umatku, kalau yang kecil tidak hormat kepada yang besar, dan sebaliknya yang besar, tidak sayang terhadap yang kecil.”
Persaudaran sesama muslim harus tetap dijaga dan dipelihara. Caranya dengan menunjukan sikap solidaritas, rasa memiliki dan saling mengisi. Siapa pun dia dan dari mana dia berasal jika meyakini Allah sebagai Tuhannya, maka kita wajib menjaga darah dan kehormatannya, bersikap adil dan biijaksana.
Kasih sayang menjadi pilar utama kekuatan umat. Yang kuat membela yang lemah, yang kecil menghormati yang tua, yang kaya memperhatikan yang miskin, dan seterusnya. Jika semua itu terwujud, maka kita pantas disebut khoirul umam. Umat yang bisa dijadikan percontohan.
Ketiga: Rajin Rukuk dan Sujud.
Yang dimaksud rukuk dan sujud disini adalah ibadah shalat. Umat Muhammad harus selalu memperioritaskan ibadah shalat. Karena shalat adalah media komunikasi langsung seorang hamba kepada Allah Swt. Di dalam shalat kita memuji kebesaran-Nya, bisa berdo’a memohon ampun, dan bisa mengadukan semua persolan kepada-Nya.
Seluruh amalan shalat adalah cermin pribadi muslim sejati. Misalnya rukuk dan sujud, merupakan sikap tawadlu’ atau tidak sombong. Begitu pula dengan amalan lainnya, semua mengarah kepada satu tujuan yaitu membentuk manusia yang memiliki dimensi ketuhanan dan kemanusiaan. Kedua dimensi tersebut akan bisa terwujud, jika nilai-nilai yang terdapat dalam shalat mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, shalat juga merupakan sumber energi batin yang bisa memperkuat agama kita, karena shalat adalah tiang agama.
Keempat: Senantiasa Mencari Keutamaan dan Ridha Allah Swt.
Islam mengajarkan keseimbangan antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi. Begitulah yang dicontohkan oleh nabi, meskipun beliau sangat aktif dan rajin beribadah, beliau juga rajin mencari rizki yang dikaruniakan.
Umat Muhammad tidak boleh jadi pemalas atau tukang mengandai-andai, tetapi harus menjadi umat yang rajin beribadah dan gigih berusaha. Apa pun yang ingin kita raih dalam hidup ini tidaklah cukup hanya dengan doa, karena doa yang dikabulkan adalah doa yang disertahi dengan usaha.
Hadirin jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Kelima: Tampak Bekas Sujud pada Muka.
Menurut Imam Mujahid dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa yang dimaksud bekas sujud adalah khusyu’ dan tawadlu’ dalam shalat. Dikuatkan oleh ulama’ yang lain, bahwa shalat semacam itu akan memancarkan sinar di wajah, bisa menerangi hati, melapangkan rizki, dan menumbuhkan cintah kasih di hati orang lain”.
Bekas sujud yang dimaksud, bukanlah tanda hitam yang terdapat di jidat, tetapi bagaimana shalat yang kita tunaikan itu mampu mengubah diri kita menjadi manusia yang punya nilai, baik di hadapan Allah swt. maupun di hadapan manusia.

.jpeg)
